Malam Ini Ada Bulan

Malam ini ada bulan An
Bulat sempurna ia punya rupa
Mengirim cahaya yang mampu membebat luka
sekaligus menampar sepiku

Aku ingat An
Dulu kita pernah sama-sama menikmati hutan, hujan, malam, dan bulan
Tertawa di antara kilat cahaya yang membias di pucuk-pucuk pinus
Berteriak di bawah tarian hujan yang semakin menderas
Menangis di saat gelap dan kabut dingin merayapi jendela rumahmu
Dan saat bulan muncul kau bercakap tentang mimpi, tentang harapan, tentang rumput hijau di beranda, tentang deretan isme eksistensi yang berjejer di rak buku penuh debu, bahkan dengan gagap kau bercakap tentang cinta

“Dengan kereta andong kita kan berkendara menuju bulan”
Selalu itu katamu
Dan aku tersenyum
“Akan ku antar kau menjumpai Tuhan, supaya kau bisa mendapat jawab atas semua hal yang masih menjadi tanya”

Kemudian kau pergi
Membawa semua kisah dan mimpi yang pernah dibagi
Tak ada yang tersisa, kecuali selarik sajak tentang cinta
(yang pernah kau ucap dengan gagap)
Serta ingatan tentang lusinan doa yang pernah kita panjatkan bersama di sela suara ketipak kereta kuda
(yang katamu akan mengantar kita ke surga)

Malam ini ada bulan An
Bulat sempurna ia punya rupa
Meski sinarnya tak lagi benderang
Namun mampu memapahku menyusuri jalanan terjal
Ngajari aku cara menaklukkan ketakutan, menepiskan kekuatiran, serta menguatkanku untuk bertahan
Meski tak lagi ada kau di sisi

Malam ini ada bulan An
Bulat sempurna ia punya rupa
Dan lagi-lagi sinarnya menampar sepiku

Maafkan aku An
Jika di setiap persimpangan
Selalu ku bongkar gudang ingatan tentangmu
Tuk sekedar menemani perjalananku
(cahaya bulan selalu memaksaku lakukan itu)

Note: Tulisan ini dipublish buat ngramein hajatannya Pakdhe Cholik 🙂

About Sash

mahasiswa tingkat akhir | reporter | juru ketik | juru potret amatir | pemimpi | penyuka milo hangat, bintang, senja, kunang-kunang View all posts by Sash

7 responses to “Malam Ini Ada Bulan

Leave a comment