Setelah penantian sekian lama akhirnya bayi yang digadang-gadang lahir juga. Berawal dari pemikiran untuk menyajikan pesona Provinsi Yogyakarta baik dari segi wisata maupun budaya dalam satu paket, maka kami (saya dan beberapa kawan) berencana ingin membuat sebuah media yang mampu mewadahi gagasan tersebut. Lalu ide tersebut digulirkan dalam forum dan rupanya si bos menyetujui. Berhubung sejak awal kami concern di media online maka media yang akan kami buat pun berupa media online bukan media cetak.
Saya pribadi baru kali ini turut serta secara aktif dalam proses ‘kelahiran jabang bayi’. Kalau untuk majalah, buletin, dan buku, saya memang pernah beberapa kali terlibat dalam proses penggarapannya. Dulu, saat masih baru-barunya menjadi anggota EKSPRESI saya pernah belajar tentang bagaimana proses pembuatan sebuah media massa. Tapi saat menghadapinya langsung ternyata cukup menguras energi dan tidak semudah yang ada dalam teori.
Sejak akhir tahun 2009 kami sudah mulai merancang konsep. Dalam waktu yang bersamaan teman-teman dari tin desainer pun mulai membikin tampilan visual. Satu desain jadi, presentasi, ditolak. Desain kedua jadi, presentasi, dapat masukan sana-sini, diputuskan ditolak. Desain ketiga jadi, presentasi, kata mas Ong Hariwahyu (konsultan desainer) masih ndeso dan kurang mencerminkan Jogja, ditolak. Desain keempat, kelima, keenam, presentasi bareng-bareng, dikritik sana-sini, dapat masukan sana-sini, mas Ong mengangguk, diterima, tentu saja dengan banyak revisi. Tim desainer tersenyum, tugas mereka selesai.
Jika diumpamakan dengan membuat sebuah gedung, maka tim desainer adalah arsiteknya, dan programer adalah tim yang membangun rancangan mereka. Setelah diskusi alot dengan dengan teman-teman desainer tentang “ini terlalu banyak gambar, pasti berat,” atau “mbok ra sah aneh-aneh ngono“, dll, dll, akhirnya tim programer pun berhasil menerjemahkan desain visual tersebut ke dalam bahasa pemrograman yang saya sama sekali ndak dong.
Setelah program selesai, akhirnya giliran kami, sang pencetus ide sekaligus content developer yang harus menyelesaikan semuanya. Mengisi menu-menu yang ada, melengkapi gambar, melengkapi data-data, puff… rupanya sangat melelahkan. Akhirnya semua keletihan ini terbayar sudah. si bayi terlahir dengan baik.
Media ini memang masih teramat jauh dari sempurna. Masih perlu banyak tambalan di sana-sini, dan itu semua perlu waktu. Akhir kata saya (dan teman-teman satu tim) berharap bahwa media ini dapat memberikan sesuatu yang baru serta berguna bagi pembaca semua. Media kami ini semoga dapat menjadi referensi bagi Anda yang ingin mengetahui seluk-beluk pariwisata dan budaya yang ada di Yogyakarta.
May 11th, 2010 at 1:40 am
aha, apakah jogjatrip membutuhkan kontributor freelance?kalau iya saya mau melamar neh hehe syaratnya apa aja? kangen banget liputan je, la ilmiah terus paling gur neng pewara iso liputan
dah online kah?
Tq
May 14th, 2010 at 4:14 am
Ditunggu terejawantahnya ide kreatif Mbak Sash 🙂 Itu bentuknya majalah atau web ya Mbak ? Jadi penasaran sayanya hehhee
Salam bentoelisan
Mas Ben
May 15th, 2010 at 2:40 pm
wah freelance gelem aku mbak ahahhaa
May 17th, 2010 at 1:37 am
okeh2 tulung tanyakan yah, aku mau kok liputan apa ajah hehe
May 17th, 2010 at 3:57 pm
aku sudah mampir….
May 21st, 2010 at 5:54 am
sekedar membaca.. 🙂