1000 Orizuru

1000 Orizuru merah

Sejak kecil saya orangnya nggak bisa anteng. Kalau sudah diam terlalu lama kayaknya ada yang aneh dan janggal. Saya bakalan mencari sesuatu yang bisa mengusir kebosanan saya. Kecuali jika di dekat saya ada buku, itu lain ceritanya. Saya bakalan betah duduk berjam-jam membaca buku. Tidak hanya buku, majalah, koran, komik, papan iklan, bungkus snack, apapun yang ada tulisannya pasti saya baca hehehe. Nah masalahnya jika semua itu sudah selesai dibaca saya bakalan kembali bosan. Pada akhirnya saya akan melipat kertas-kertas yang sudah saya baca (ini tidak berlaku untuk buku :)) menjadi mainan, misalnya kapal, pesawat, katak, bunga, dll.

Setelah beranjak besar, kesenangan saya dengan kegiatan lipat-melipat bukannya berkurang tapi semakin menjadi. Bedanya sekarang saya tidak memakai kertas bekas lagi, melainkan memakai kertas lipat yang di jual di toko-toko. Saya juga tidak lagi membuat origami berbentuk pesawat ataupun kapal, tapi saya membuat orizuru. Yah, orizuru alias burung bangau atau yang biasa dikenal sebagai paper crane.

Berdasarkan cerita yang beredar, barangsiapa yang melipat kertas menjadi 1000 orizuru maka permohonannya akan dikabulkan. Ada satu kisah yang sangat menarik mengenai cerita ini. Adalah seorang gadis Jepang bernama Sadako Sasaki yang menderita leukemia akibat pengaruh radiasi bom atom yang jatuh di Hirosima pada 6 Agustus 1945. Saat dia berusia 12 tahun, penyakitnya semakin parah. Diapun mendengar legenda tentang 1000 orizuru dan memutuskan untuk melipat 1000 orizuru dengan harapan penyakitnya bisa disembuhkan.

Dalam kondisinya yang semakin memburuk dia mulai melipat orizuru satu persatu. Namun, ketika dia melihat anak-anak di kampung lain satu persatu meninggal akibat sakit yang sama, dia menyadari bahwa dia tak akan bisa bertahan hidup lebih lama. Tapi hal itu tidak membuatnya berhenti melipat orizuru, dia tetap melipat dan terus melipat dengan harapan terciptanya perdamaian dunia, supaya tidak ada lagi anak-anak yang mengalami nasib yang sama dengannya. Akhirnya di suatu pagi tanggal 25 Oktober 1995, Sadako menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan meninggalkan 664 orizuru yang telah dia buat.

Kawan-kawannya di sekolah pun melanjutkan melipat orizuru hingga berjumlah 1000. Hal itu dilakukan untuk mengenang sahabat baik mereka, Sadako Sasaki. Tak berhenti sampai di situ. Kawan-kawan Sadako juga mengumpulkan dana untuk membangun sebuah monumen peringatan untuk Sadako dan seluruh anak yang meninggal dunia karena efek bom atom. Pada tahun 1958 sebuah monumen berbentuk patung Sadako sedang memegang orizuru didirikan. Di monumen tersubut terdapat tulisan “This is our cry. This is our prayer. Peace in the world”. Setiap tahun monumen ini dikunjungi oleh ribuan orang, dan mereka selalu meletakkan orizuru di sekitar patung tersebut.

Membaca kisah Sadako tersebut saya pun berkeinginan membuat 1000 orizuru. Dan dimulai bulan Oktober saya membuat orizuru berwarna merah dengan ukuran kertas 3×3 cm. Setiap hari saya membuatnya. Di bis kota, di transjogja, saat nunggu dosen, saat briefing pagi, di sela-sela liputan, saat bosen ngetik, pokoknya asal ada waktu luang saya selalu melipat kertas kecil berwarna merah. Akhirnya pada tanggal 16 Desember saya berhasil merampungkan membuat 1000 orizuru. Yippie, senang sekali rasanya.

Tapi orizuru itu bukan untuk saya, melainkan untuk kawan saya. Entah kenapa saya ingin memberikan 1000 orizuru untuknya. Dan pada tanggal 22 Desember, 1000 orizuru berwarna merah itu saya berikan kepadanya, sebagai kado natal tentunya :). Kawan saya itu terharu, tak menyangka jika saya akan menepati janji untuk membuatkan 1000 orizuru untuknya. Lewat orizuru itu saya hanya ingin memberitahukan padanya bahwa dia tidak pernah sendiri. Dalam tiap lipatan orizuru itu ada doa-doa yang saya panjatkan untuknya, semoga dia mendapat yang terbaik dalam hidupnya.

Sekarang 1000 orizuru itu sudah ada di tangan kawan saya. Tugas saya telah selesai. Namun, saya tidak akan berhenti sampai disini. Saya ingin membuat lebih banyak orizuru untuk kemudian saya berikan kepada kawan-kawan saya yang lain. Sederhana memang, namun lewat orizuru itu saya ingin mengatakan bahwa saya sangat menyayangi mereka dan peduli terhadap mereka.

Jadi siapakah yang akan menerima 1000 orizuru # 2? 🙂

About Sash

mahasiswa tingkat akhir | reporter | juru ketik | juru potret amatir | pemimpi | penyuka milo hangat, bintang, senja, kunang-kunang View all posts by Sash

4 responses to “1000 Orizuru

  • nh18

    HHmmm …
    Cerita gadis yang melipat kertas di Jepang itu saya pernah mendengarnya …
    Dan yes indeed … ini mengharukan sekali …

    Yang jelas 1000 orizuru …
    didalamnya terkandung makna … semangat untuk tidak mudah menyerah …
    terus berusaha …

    salam saya

    iya om,, semangat untuk tidak menyerah meskipun dalam kondisi terburuk,,, aih jadi pengen nyanyi lagunya dmasiv “jangan menyerah,,” 🙂

  • yustha tt

    Ahahai…
    mb tt juga lagi bikin2 origami burung Sash.. Tapi hanya pada saat luang saja..
    Percaya jg sama mitos yang bilang kalo kita bikin 1000 origami permintaan kita bakal terkabul. Bayangkan saja, itu artinya kita berdoa hal yang sama pada Tuhan sebanyak 1000 kali. Dan mb tt yakin, doa kita dari waktu ke waktu akan terus diperbaiki Tuhan menjadi doa yang berkenan kepadaNya….

  • morishige

    Berdasarkan cerita yang beredar, barangsiapa yang melipat kertas menjadi 1000 orizuru maka permohonannya akan dikabulkan

    yang pasti, permohonan untuk menjadi guru seni melipat kerta akan dikalbulkan tuh. :mrgreen:

    gile aja, 1000 orizuru.

    tapi mengharukan juga cerita sadako itu. meskipun dia mengerti bahwa medis udah ngga mampu lagi menyelamatkan hidup para korban radiasi, dia masih mengharapkan keajaibanan dari 1000 orizuru.. tetap berjuang sampai akhir. 😦

    Sash: dan saya berhasil membuat 1000 orizuru hehehe,,,

Leave a comment