Category Archives: Kontemplasi

Kenangan

Entah kenapa kenangan selalu hadir satu paket dengan kesedihan. Ia muncul tanpa aba-aba, menyita semangat dan menawan bahagia, kemudian menguap lenyap begitu saja menyisakan kekosongan yang mendalam. Ia hadir melalui seulas senyum. Menyentak lewat bunyi lonceng gereja dan heningnya saat berdoa. Menerabas masuk melalui petikan gitar dan alunan lagu, bahkan kilatan blitz kamera dan deskripsi novel yang sedang dibaca. Ia bersemayam dimana-mana.

Kenangan itu laksana badai. Menghancurkan setiap sendi pertahanan dan dinding tebal yang telah saya bangun. Sebegitu mudahnya. Pernah sekali waktu saya menang dalam pertempuran itu, menepis rasa yang seharusnya sudah tidak boleh lagi bersemayam. Namun dibanding kemenangan, saya lebih sering terpekur meratapi kekalahan. Dan pasukan bengal itu menertawakan saya. Saya benci saat dia menjadi bagian dari kenangan itu. Memasuki ruang pikiran dan hati saya seenaknya. Tanpa permisi. Dan kemudian melenggang begitu saja.

Saat-saat seperti ini  selalu membuat saya menyesali pertemuan yang pernah tercipta. Menyalahkan waktu yang mempertemukan pada saat yang tidak tepat. Ah sudahlah. Tak usah lagi diingat. Lupakan saja. Yah lupakan. Meski saya tak kan pernah tahu berapa lama waktu yang diperlukan untuk melupakan dan memulihkan hati.

:: sedang kacau balau galau tingkat tinggi ::


Menghitung Hari

22 tahun, 7 bulan, 2 hari yang lalu saya baru saja menghirup udara di dunia.

Sekitar 18 tahun yang lalu saya mulai duduk di bangku sekolah dasar, belajar berhitung satu dua, serta mengeja.

12 tahun yang lalu saya mengganti merah putih dengan biru putih yang kedodoran di badan saya.

9 tahun yang lalu dengan langkah malu-malu saya memasuki kelas yang baru dengan teman-teman pria yang sudah tidak mengenakan celana pendek lagi.

7 tahun yang lalu dengan penuh kebanggan saya berdiri di panggung kehormatan dengan trophy dan sertifikat juara lomba karya ilmiah serta segepok hadiah di tangan saya. Dalam jarak yang berdekatan saya juga mendengar nama saya diumumkan sebagai juara dalam lomba bidang lainnya. Continue reading


Mereka Adalah Malaikat yang Tuhan Kirim…

“Citra adalah malaikat yang Tuhan kirimkan dalam keluarga kami, tidak ada alasan bagi saya untuk tidak bersyukur atas kehadirannya”

Lebih kurang kalimat seperti itulah yang semalam keluar dari bibir Choky Sitohang saat ditanya oleh Rosiana Silalahi tentang kondisi adiknya – Citra, yang mengalami down syndrome. Saya kaget mengetahui fakta bahwa salah satu adik Choky (presenter yang cakep ituh, yang keren ituh, yang low profile ituh) menderita down syndrome. Kemudian kekagetan saya tergantikan dengan rasa kagum saat dia tanpa malu-malu menceritakan kondisi adiknya dan tetap bisa bersyukur atas keberadaan adiknya.

Ingatan saya tiba-tiba melayang ke masa 12 tahun yang lalu, saat dimana ibu melahirkan adik saya yang pertama sekaligus yang terakhir. Saat itu saya berusia 10 tahun dan duduk di kelas 6 SD. Adik saya lahir malam hari, dan saat itu saya tidak sempat terjaga untuk melihat proses kelahirannya. Padahal sejak siang saya sudah setia menemani ibu di klinik bersalin. Pagi hari ketika saya bangun ayah saya bilang “Adikmu sudah lahir, cewek, kamu mau lihat ndak?” saya hanya mengangguk. Kemudian setelah cuci muka dan gosok gigi saya diajak ayah ke klinik.

Sepanjang perjalanan saya hanya diam, dan tiba-tiba ayah bilang “Nanti kalau lihat adik jangan kaget ya? Pokoknya seperti apapun dia, dia itu adikmu, jadi kamu harus sayang sama dia”. Saya yang masih separuh sadar dari tidur hanya menganggukkan kepala tanpa tahu apa yang dimaksudkan oleh ayah saya. Continue reading


Welcome 2010

Hidup tidak hanya sebatas menjalani hitungan hari, tapi yang utama adalah apa yang saya lakukan dalam hari-hari itu. Apakah hanya sekedar menghitung hari atau melakukan sesuatu yang berarti.

Saya jadi teringat akan percakapan dengan koordinator saya di kantor saya yang dulu pada pertengahan 2007. Saat itu kami sedang mempersiapkan training ”7th Habits of Effective People” untuk karyawan Armada Finance. Secara tiba-tiba dia mengajukan sebuah pertanyaan, ”Menurutmu, dalam batu nisan seseorang yang sudah meninggal tulisan atau tanda apakah yang paling penting?” Kami semua diam, kaget dengan pertanyaan yang muncul begitu saja.

Tak berapa lama seorang teman menjawab bahwa nama adalah yang terpenting, karena itu menunjukkan siapa yang telah di kuburkan di situ. Kawan lain menyebutkan tanggal lahir, karena itu adalah bukti awal keberadaan kita di dunia. Ada pula yang menjawab tanggal kematian, bahkan seorang sahabat dengan nyleneh menjawab bahwa tulisan RIP ”Rest In Peace” adalah yang terpenting. Continue reading


Do You Believe in Coincidence?

Sash, do you believe in coincidence?

Jika pertanyaan ini muncul sekitar 4 tahun yang lalu saya pasti akan menjawab “Tentu, saya percaya pada yang namanya kebetulan. Kita bisa saling kenal kan juga gara-gara kebetulan aja toh?” Namun, berhubung saya ditanyanya kemarin dulu belum lama (halah bosone mbulet), saya menjawab dengan pasti “Nope, everything that happens in my life and in this universe has its plans. Tidak ada yang namanya kebetulan karena semua sudah Dia rencanakan sejak semula”

Kenapa saya jawab seperti itu? Ya karena saya tau dan percaya dengan pasti bahwa semua yang terjadi pasti memiliki maksud dan tujuan, tidak hanya kebetulan semata. Untuk belajar mempercayai hal ini saya membutuhkan waktu yang cukup lama. Melalui berbagai proses naik turun dan jatuh bangun, bahkan sampai detik ini. next


Tessera

Pernahkah kalian berfikir untuk apakah kamu hidup? Atau apakah tujuan hidupmu? Seringkali orang di pusingkan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan makna ataupun tujuan hidup. Teman-teman saya sering mengeluhkan hal ini. Belum lama ini ada seorang kawan yang mengirimkan email kepada saya yang bunyinya kurang lebih seperti ini:

Sha aku bener2 nggak ngerti apa yang sedang aku lakukan atau untuk apa aku melakukan semua ini. Aku ngrasa semuanya semu, hampa, gak ada gregetnya, seperti ada satu ruang kosong di hidupku dan aku gak ngerti harus di isi dengan apa. Aku kok ngrasa DO ya sha.

Sebenarnya email itu merupakan balasan dari email saya yang mengucapkan selamat kepadanya karena dia baru saja slese ujian pendadaran, dinyatakan lulus cum laude dan di terima kerja di sebuah perusahaan yang menurut saya – pinjem bahasanya Indra Kepompong – Ih wow banget. Makanya saat baca email dari dia saya sempat mengernyitkan kening en gak habis pikir,, kenapa seorang dia kok bisa merasa kayak gini. Merasa hampa dan kosong bahkan sampe DO (itu bahasanya temen-temen kalo lagi stress, DisOrientasi hehehehe). Bukankah apa yang dia alami seharusnya bikin dia bangga, bikin dia tambah semangat,, tapi kenyataan yang terjadi malah sebaliknya. next